JAKARTA, MP — Aktivis Buruh Pekerja, HM. Jusuf Rizal mengajak para pekerja dan buruh untuk bangkit bersatu, agar bisa menjadi kekuatan politik baru di Indonesia, dan lebih kuat dalam memperjuangkan nasibnya.
“Tanpa memiliki kekuatan politik, pekerja dan buruh hanya akan menjadi objek eksploitasi kepentingan kelompok dan golongan,” kata aktivis pekerja dan buruh HM. Jusuf Rizal menjawab pertanyaan media di Jakarta, Jumat (2/7/2021).
Pria berdarah Madura-Batak itu mengingatkan, sudah banyak fakta bagaimana aksi-aksi pekerja dan buruh yang telah dilakukan, termasuk menentang UU Cipta Kerja Omnibus Law namun pada akhirnya tetap saja berujung pada kesengsaraan bagi para pekerja dan buruh.
Padahal, lanjut Jusuf Rizal, jika melihat sejarah, para pekerja dan buruh merupakan kekuatan yang sangat diperhitungkan di Republik ini. Namun seiring dengan dinamika politik dan pergantian kekuasaan, kekuatan pekerja dan buruh dibonsai dengan membelah-belah para pekerja sehingga tercerai-berai.
“Jadilah nasib para pekerja dan buruh seperti saat ini. Undang-undang dibuat untuk membuat pekerja dan buruh tak berdaya. Maka tumbuh Federasi Serikat Pekerja dan Konfederasi seperti jamur di musim hujan. Para pemimpinnya dikebiri dengan kekuasaan dan uang,” tegas pria yang juga Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Transport Seluruh Indonesia (FSPTSI) itu — organisasi yang juga menaungi Driver, Biker dan Ojek Kamtibmas Community (DBOKC) mitra kepolisian.
Perkembangan kemudian Serikat Pekerja dan Buruh terbelah. Sebagian membebek Pro Pemerintah dan kehilangan akal sehat dengan mengorbankan nasib pekerja dan buruh. Sebagian lagi ada yang abu-abu, dan ada juga yang kritis dengan terus memperjuangkan nasib pekerja dan buruh. Ada pro dan kontra pemerintah.
Jusuf Rizal menjelaskan, organisasi pekerja dan buruh tidak lagi menjadi wadah berkumpul dan berserikat untuk membela kepentingan dan nasib pekerja dan buruh, tapi kini menjadi alat politik segelintir orang, kelompok dan golongan dengan mengekploitasi atas nama pekerja dan buruh demi kepentingan politik mereka.
“Karena itu, jika pekerja dan buruh ingin kuat serta benar-benar ingin memperjuangkan nasib pekerja dan buruh, melihat dinamika yang ada, maka Pekerja dan Buruh harus bersatu menjadi peta kekuatan politik baru di Indonesia,” ungkap Jusuf Rizal.
“Pekerja dan Buruh jangan lagi mau dipermainkan calo-calo politik hanya untuk menyelamatkan diri sendiri,” tegas Jusuf Rizal yang juga Ketua Presidium Relawan Jokowi-Amin, The President Center.
Menurut Presiden LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) itu, para pemimpin pekerja dan buruh harus bersatu untuk membangun kekuatan politik baru tanpa membedakan latar belakang, suku, ras dan agama. Membangun kekuatan politik baru menuju Pemilu 2024.
Reformasi yang sudah lebih dari 20 tahun ini, lanjut Jusuf Rizal seyogyanya dapat memperbaiki dan berpihak pada nasib pekerja dan buruh. Tapi faktanya justru sebaliknya. Berbagai peraturan justru mempersulit pekerja dan buruh.
“Anggota dewan yang terpilih atas dukungan suara para pekerja dan buruh, begitu ada masalah pada buang badan. Ini harus menjadi pil pahit (pembelajaran) agar para pemimpin pekerja dan buruh bersatu membangun kekuatan politik baru untuk members dan memperjuangkan nasib pekerja dan buruh,” tegas Jusuf Rizal Sekjen MOI (Media Online Indonesia) dan Ketum PWMOI (Perkumpulan Wartawan Media Online Indonesia).