Jakarta, MitraKepolisian.com – Langkah politik Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo masih menjadi teka-teki setelah kalah dalam Pilpres 2024.
Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid menilai sebaiknya Anies maupun Ganjar jangan vakum dari kancah politik. Apalagi banyak peluang yang bisa digarap, salah satunya Pilkada 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024.
“Kalau menurut saya, sebaiknya Anies maju di Pilkada Jawa Tengah dan Ganjar maju Pilkada DKI Jakarta. Mumpung masih punya kekuatan, jangan vakum dari dunia politik praktis,” kata Habib Syakur kepada awak media, Minggu (12/5/2024).
Ulama asal Malang Raya ini menyebut potensi Anies maupun Ganjar untuk meraih sukses di masa depan masih sangat terbuka. Terlebih Ganjar yang perlu membuktikan diri dulu di DKI Jakarta sehingga bisa mengikuti jejak sukses Presiden Jokowi.
“Saya pikir sih potensi Ganjar menang di DKI cukup besar, dan supaya bisa mengikuti jejak Jokowi. Siapa tau Ganjar jadi gubernur DKI dulu kemudian bisa jadi presiden. Why not,” tukasnya.
Lebih jauh Habib Syakur menyebut Ganjar bisa berpartner dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pilkada DKI Jakarta. Dua sosok ini cukup kuat jika tampil di Pilkada 2024.
Lantas, bagaimana dengan Mahfud MD? Habib Syakur menilai mantan cawapres pasangan Ganjar itu tetap mempunyai nama besar sebagai pendekar hukum. Bisa saja nanti masuk menjadi ketua KPK, atau lebih baik lagi menjadi Jaksa Agung.
“Kalau Prof Mahfud masuk menjadi Jaksa Agung akan bisa berbuat banyak untuk membenahi hukum di Indonesia. Saya harap sih Presiden Prabowo Subianto gandeng Prof Mahfud ke dalam kekuatan pemerintah mendatang dalam hal penegakan hukum,” tukas Habib Syakur.
Hanya saja, khusus untuk Ganjar dan Anies, Habib Syakur menilai jangan sampai mereka masuk dalam kabinet Prabowo-Gibran. Hal itu sangat tidak elok dan dapat mencederai hati rakyat.
“Jika Anies maupun Ganjar masuk ke kabinet Prabowo-Gibran itu menurut saya toxic politik. Sama saja menyakiti hati rakyat, merusak ideologi, merusak demokrasi. Bagaimana mungkin saat pilpres berbeda sekarang giliran bagi-bagi kekuasaan bersatu. Jangan toxic politik lah, tolong!” tuntas Habib Syakur.