JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Alhamid menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Densus 88 Antiteror Mabes Polri yang semakin sigap dan canggih mengungkap kejahatan transnasional ingin mengubah haluan ideologi Pancasila.
Densus 88 menangkap empat orang warga Uzbekistan yang diduga terlibat dalam jaringan teroris internasional dan di Timur Tengah bernama Katiba Tawhid Wal Jihad.
“Makanya kita bersyukur, kecanggihan Densus 88 Polri bisa menangkap empat warga negara Uzbek yang melakukan propaganda di medsos. Alhamdulillah Pemerintah sudah cukup mampu mengatasinya,” imbuh Habib Syakur kepada awak media di Jakarta, Rabu (5/4/2023).
Habib Syakur menilai saat ini ada ancaman baru teroris internasional, yang menjadikan Indonesia sebagai target. Mereka memiliki doktrinasi mengubah Pancasila dengan ideologi khilafah.
“Sekarang mereka itu memanfaatkan media sosial untuk menyebar ajaran terorisme khilafah ke Indonesia. Dan ini fenomena yang berbahaya karena bisa memporak-porandakan Indonesia,” jelas Habib Syakur.
Kalau zaman Belanda politik adu domba, Habib Syakur menilai sekarang muncul lagi kaum transnasional baru, berusaha meracuni kelompok masyarakat di Indonesia untuk memusuhi Pancasila yang merupakan jalan hidup berbangsa bernegara di Indonesia.
Habib Syakur juga mengingatkan agar dilakukan penguatan terhadap Densus 88, karena saat ini relatif masih perlu sumber daya manusia ahli di bidang IT. Penguatan terhadap Densus 88 sangat perlu sebelum kelompok transnasional lebih meluas meracuni rakyat Indonesia dengan dogma khilafah.
Setelah penangkapan warga Uzbekistan pelaku kejahatan propaganda terorisme itu, Habib Syakur menilai sekarang perlu dihidupkan suasana kebangsaan berupa kampung tangguh Pancasila di seluruh Indonesia.
“Perlu dihidupkan kembali kurikulum wawasan kebangsaan dan wawasan Nusantara. Sebab inilah sendi-sendi ideal berbagangsa dan bernegara Indonesia,” jelas Habib Syakur.
Ia juga mengatakan dalam menghadapi terosis transnasional, pemerintah dan aparat penegak hukum eggak bisa bekerja sendiri. Perlu dukungan aktif dari masyakat dengan cara menerapkan etika keindonesiaan dalam segala lini kehidupan, termasuk dalam menggunakan medsos.
Etika keindonesiaan itu adalah kesopanan dan budaya ketimuran yang harus terus dipertahankan.
“Kenapa warga Uzbek bisa ditangkap, karena mereka tereliminasi oleh suasana keindonesiaan di masyarakat sebagai benteng. Niat jahat menjatuhkan Pancasila bisa ditangkal melalui penguatan etika keindonesiaan kita,” tegas Habib Syakur.
“Maka kita berterimakasih Densus 88 yang setiap saat menyatu dengan rakyat, melawan upaya-upaya pendirian daulah khilafah di Indonesia,” tandas Habib Syakur.
Sebelumnya, Densus 88 menangkap empat warga negara asing (WNA) yang diduga terkait jaringan teroris. Mereka warga Uzbekistan yang dinilai sebarkan propaganda terorisme lewat media sosial.
Warga Uzbekistan itu diduga terlibat dalam jaringan teroris internasional dan di Timur Tengah bernama Katiba Tawhid Wal Jihad.
Karo Penmas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menyebut penangkapan merupakan hasil kerja sama antara Densus 88 dengan pihak Imigrasi Kelas I Jakarta Utara pada Jumat, 24 Maret kemarin.
“Tiga dari empat WNA Uzbekistan ini diduga terlibat dalam aktivitas terorisme melalui propaganda di media sosial dan merupakan bagian dari organisasi teror Internasional,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa, 4 April.
Keempat orang itu melakukan perjalanan dari Istanbul Turki dan Abu Dhabi menuju Indonesia pada 29 Januari. Keempatnya terlebih dahulu singgah di Malaysia dan masuk ke Indonesia secara terpisah yakni pada 6 Februari dan 27 Februari.