JAKARTA, MITRAKEPOLISIAN.COM | Pakar investasi dan geo politik, Benny Batara alias Bennix, mengingatkan potensi bahaya nyata bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bahwa Papua terancam merdeka dan lepas dari NKRI sebagaimana terjadi pada Timor Leste.
Ancaman itu, kata Bennix, sangat terbuka lebar seiring potensi besar terjadinya krisis ekonomi yang sudah menganga di depan mata.
“Ini seperti krismom (krisis moneter) 1998. Kalian ingat engak sih, krisis itu diikuti lepasnya Timor Leste. Nah, sekarang Papua yang akan merdeka setelah krisis menerpa negara kita,” kata Bennix dalam siniar yang disitat dari kanal YouTube @Bennix, Rabu (14/5/2025).
Bennix menjelaskan, aktor asing yang bermain dalam krisis kali ini juga sama dengan aktor krismon 1998. Yaitu George Soros dan negara besar Amerika Serikat dan Australia. Mereka nafsu ingin mengambil keuntungan ekonomi dan wilayah dari Indonesia.
“Sejarah mengajarkan kita, ketika negara dalam kondisi kacau, negara asing akan masuk mengambil keuntungan,” kata Bennix.
“Contoh nyata sudah kita alami. Ketika Indonesia krismon 1998, maka George Soros mengambil keuntungan cuan begitu besar. Lalu ada negara Australia itu mendapatkan cuan juga ratusan bahkan ribuan triliunan dari tambang minyak di ceruk-ceruk laut di perbatasan Timur Leste. Mereka begitu kuat sampai dapat pangkalan militer juga di sana,” papar Bennix.
Ia juga membuka konspirasi besar dalam sejumlah kejadian di tanah air belakangan ini. Di Papua banyak kerusuhan. Belum lama ini enam orang petambang emas dibunuh di Papua. Emak-emak demo. Anak-anak sekolah juga demo. Bahkan program makan bergizi gratis (MBG) yang seharusnya populis, malah ditolak Papua.
“Jadi teman-teman harus curiga. Ada apa ini? Ketika banyak kekacauan, banyak demonstran. Lalu potensial terjadi krisis ekonomi, maka banyak bermunculan propaganda palsu. Kita harus mulai berpikir,” jelasnya.
Bennix lantas mengungkap keanehan-keanehan, seperti dalam demontrasi penolakan terhadap RUU TNI. Dari delapan poin tuntutan yang disampaikan, ada satu poin yang sangat aneh dan eksplisit berbunyi: Tarik Seluruh Pasukan TNI dari Tanah Papua!
Tuntutan demonstran itu, jelas Bennix, dipublikasikan oleh media paling independen di Indonesia. Sehingga kesan adanya konspirasi asing itu malah semakin kuat.
Nah, Bennix meminta bangsa Indonesia jangan mau dibodohi. Harus jeli melihat alasan, kenapa ada demontrasi meminta militer TNI ditarik dari seluruh tanah Papua. Apa maksudnya?
“Apakah maksudnya supaya tentara Australia bisa bangun kemah di situ? Apakah maksudnya biar konser Amerika bisa di Papua? Atau Australia mau ekspor kanguru ke Papua? Kenapa tuntutan demontran sangat aneh minta TNI ditarik dari Papua?” tandas Bennix.
Jawabannya, kata Bennix, sudah sangat jelas bahwa permintaan TNI ditarik dari Papua agar Indonesia tidak bisa mempertahankan Papua. Karena akan mendarat tentara asing mau menguasai Papua. Tentara asing itu jelas bukan tentara Kazakstan. Tapi tentara Australia ataupun tentara Amerika Serikat. Itu sangat logis.
Lebih jauh Bennix menganalisis krisis ekonomi yang akan terjadi di Indonesia ini diciptakan oleh kekuatan besar, terutama George Soros yang dikenal sebagai sosok rakus bermental cuan (mencari keuntungan uang) dari krisis negara lain.
“Ketika kita menghadapi krisis ekonomi dan krisis politik, maka Papua milik NKRI akan diambil. Ini momen tepat mereka (George Soros dan negara asing/Amerika dan antek-anteknya) ambil cuan dari kita,” tegas Bennix.
Sebagai seorang pakar investasi, Bennix menjelaskan bahwa dalam dunia saham, yang paling enak digoreng adalah emiten-emiten kecil. Berbeda dengan emiten besar yang hampir mustahil digoreng karena fondasi ekonominya kuat.
“Nah, dalam konteks negara, saham-saham besar itu adalah negara besar seperti Amerika Serikat, China, dan negara besar lainnya.”
Adapun Indonesia, kata Bennix, bukan kategori saham besar. Tapi negara kecil alias emiten kecil yang mudah diobok-obok oleh para pemburu cuan kelas dunia.
“Kalau saham? Indonesia saham ikan teri, bukan ikan paus. Jujur-jujuran aja, kita buka data BPS, kelihatan bahwa Indonesia itu saham kecil, mudah digoreng, mudah diaduk-aduk biar meledak. Kemudian yang menggoreng itu akan mendapat keuntungan cuan,” tegasnya.
Secara gamblang, Bennix menegaskan bahwa krisis moneter dan krisis politik di Indonesia membuka celah bagi kekuatan asing masuk.
“Fakta membuktikan Timor Leste merdeka ketika krisis monter terjadi 1998. Dan ini akan terulang lagi bahwa Papua akan merdeka menyusul potensi besar krisis ekonomi negara kita sekarang ini! Paham loh,” tandas Bennix.